Diposkan pada Sebuah Cerita

Janji Sendiri

Aku terbiasa sendirian. Tanpa bermaksud mendiskreditkan orang-orang di sekitar yang mau menemani, tapi aku memang terbiasa sendiri. Dari kecil untuk menjaga rumah, hingga dewasa untuk ke perantauan. Pergi sendiri, pulang sendiri, makan di tempat umum sendiri, ke bioskop sendiri, ke kondangan sendiri. Aku melakukannya sebelum kemudian orang-orang membahasnya di sosial media sebagai sesuatu yang luar biasa.

Terkadang, untuk beberapa hal, mungkin pembahasan di sosial media itu memang terlalu mempermasalahkan hal yang sebenarnya tak masalah.

Tapi belakangan, untuk beberapa bulan ini, aku tidak bisa sendiri.

Ada kehidupan dalam rahimku yang membuat aku selalu bersamanya. Dia bahkan ada saat aku tidur, saat mandi, atau bahkan saat menangis sesenggukan di pojokan. Aku tak bisa menyimpan rahasia darinya, dia tahu aku sedang merasakan apa saat aku tak mengatakan yang sebenarnya pada siapa pun. Dia tahu aku kelaparan, dia tahu aku haus, dia tahu aku sedang sedih, dia tahu aku senang.

Dia, yang sedang kunanti lahirnya ke dunia.

Saat nanti dia benar-benar hadir dan terpisah dari ragaku, dia mungkin tak lagi bisa mengerti apa yang aku rasakan. Tak lagi bisa menemani ke mana aku pergi. Tapi aku anak pertama, dan dia adalah anak pertama, setidaknya aku akan berusaha agar dia tak selalu merasa sendiri seperti yang kualami.

Penulis:

Always Wondering Until I Wonder Why I Wondering

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.