Diposkan pada Sebuah Cerita

Karya Seni (Buku, Musik, Film, Series, Drama) Yang Berhasil Mengubah Perspektif Tentang Hidup

Lebay judulnya ya? Habisnya bingung mau dikasih judul apa, hehe.

Yang pasti aku pengen share apa saja yang aku baca, aku tonton, aku dengerin sepanjang hidupku dan berhasil ngasih sesuatu lebih dari sekedar hiburan. Sampai akhirnya aku tertarik atau punya perspektif baru soal hidup. Gak peduli sekacangan apa, atau senyeleneh apa, asal aku ngerasa aku berhasil dapet pengalaman luar biasa selema menikmati karya itu, aku bakal masukin ke daftar ini.

1. [Buku] Ketika Merah Putih Terkoyak – Carl Chairul

Bertema tentang mempertahankan kemerdekaan dan berlatar di daerah Sumatera Barat, buku yang berat dan agak dewasa ini justru aku baca pas kelas 6 SD, hahaha. Aku ingat dulu bangunan perpusatakaan di sekolahku lagi renov, dan semua bukunya ditumpuk gitu aja. Aku lalu iseng bawa beberapa buku dan aku simpen di kolong meja. Sebenernya ada lagi buku yang berkesan, tapi buku ini yang paling aku inget judul sama nama penulisnya. Selain bikin aku seneng sama budaya Minangkabau, buku ini ngasih aku pelajaran soal cara bangun latar dan nulis deskripsi di novel. Karena buku ini aku jadi kebayang kalau nanti bisa nulis secara konsisten, bentuk karya aku hasilkan bentukan fisiknya bakal kayak gini.

2. [Anime] Detective Conan

Dulu tiap hari Minggu, anime ini tuh yang paling aku tunggu. Bahkan kalau versi film bioskopnya ikut tayang di sore hari, aku gak bakal bosen dan tetep nonton. Dulu sih gak sadar, tapi belakangan aku jadi inget kalau aku jadi seneng nulis resensi film karena Conan >.<

Jadi, tiap beres nonton, aku selalu buat tulisan soal alur cerita, hal apa yang aku suka, hal apa yang aku gak suka, dan semua kesan yang aku dapet selama nonton.

3. [Film] Mohabbatein

Pecayalah aku pernah cinta banget sama film-film India. Se-cringe apapun pas aku tonton lagi sekarang, tapi cerita-cerita mereka tuh penyumbang terbesar buat banyak cadangan alur dan banyaknya bank emosi saat aku nulis. Mungkin karena itulah tulisanku cenderung mellow dan drama, haha. Cerita film India juga ngasih kontribusi buat aku berangan-angan soal kisah cinta pas nanti aku udah gede, wkwk. Salah satu film yang ngasih dampak lumayan itu Mohabbatein. Film-nya panjang banget, dulu pas di TV aku pernah nonton jam 12 siang dan baru selesai jam 6 sore. Karena diseling iklan yang panjangnya naudzubillah. Sekarang, aku masih suka film India, tapi yang bukan bertema cinta, terutama produksiannya Amir Khan.

4. [Buku] Ayat-ayat Cinta

Buat baca buku ini, aku inget banget sampai harus ngantri berbulan-bulan dari temen sekelas. Filmnya memang lagi booming, tapi berhubung waktu itu aku gak bisa ke bioskop, jadi ya aku ngantri pinjeman buku aja. Hasilnya? Aku nangis bombay di chapter terakhir, karena setelah aku nonton filmnya, ceritanya memang beda dari buku. Kalau di film kan lebih menonjolkan soal poligami, sehingga aku sebagai gak bisa relate. Sedangkan di buku aku mendapat pelajaran yang lebih bersifat spiritual, terutama dari karakter Maria. Serius, aku bagian terakhir buku ini gold banget. Aku gak akan pernah lupa gimana sensasinya setelah selesai baca dan gimana aku akhirnya memandang soal ketuhanan.

5. [Drama] Hwang Ji Ni

Aku gak selesai nonton drama ini karena dulu nonton di televisi jam tayangnya berubah. Padahal di episode terakhir nonton aku sedih banget setelah tokoh Eun Ho yang jadi love interest-nya Hwang Ji Ni ini meninggal. Alhasil, karena galau dan ngerasa ganjel, aku buat cerita sendiri deh. Dan secara mengejutkan si cerita yang alurnya jadi beda banget dari drama aslinya itu berhasil menjelma jadi satu buah naskah novel.

Setelah nyicil nyetak dari uang saku dan ngumpulin uang buat ongkos kirim, aku lalu ngirimin naskahnya ke Gramedia, karena emang cuma penerbit itu yang dulu aku tahu. Gak perlu waktu lama aku dapet surat penolakan pertamaku, yeay! Ya gimana ya, aku kalau baca lagi naskahnya juga geli sendiri. Kebayang sih editornya baru baca sinopsis langsung tekan tombol tolak kayak di X Factor.

Selain soal ngasih kekuatan luar biasa buat bisa nulis hampir 400-an halaman, semua lagu-lagu OST di lagu ini juga bikin aku suka banget sama musik instrumental. Aku masih suka dengerin lagu-lagunya sampai sekarang, loh. Bikin lancar nulis tulisan yang punya mood sedih dan penuh drama, hehe. Selain itu aku juga jadi seneng sama tarian tradisional dan puisi, soalnya tarian di drama ini menurut aku indah-indah banget.

Oh ya, tahun lalu aku nyoba buat nonton ulang dramanya, setelah channel KBS meng-upload ulang drama klasiknya di Youtube. Selain mencoba menyegarkan memori tentang ceritanya, aku juga berharap bisa dapat impact yang sama dengan saat aku nonton pertama kali pas umur 15 tahun. Alih-alih soal kisah cinta, aku justru jadi menggarisbawahi soal kepribadian Hwang Ji Ni yang memang menarik. Kisah cinta pertamanya yang kandas bareng Eun Ho itu ternyata memang sebagai pemantik bagi tumbuhnya sosok seorang perempuan yang pintar dan tangguh. Terlepas statusnya dia yang cuma seorang gisaeng.

Sayangnya, aku juga berhenti di episode yang sama dengan saat aku nonton pertama kali.

6. [Drama] The Great Queen Seondeok

Masih soal wanita tangguh yang berhasil menjadi ratu pertama di Korea, drama ini masih jadi pemegang rekor drama yang aku tonton ulang paling banyak. Padahal episodenya ada 62! Drama yang sempat tayang di televisi Indonesia meski masih tayang di televisi Korea ini, bahkan tetep aku tonton ulang saat MBC meng-upload drama klasiknya di kanal Youtube. Meskipun gak banyak yang suka ngebahas di sosial media, drama ini masih jadi standar bagiku soal drama yang bagus. Aku bahkan udah ngebuat tulisan terpisah soal drama ini di sini.

Drama ini juga ngebuka ketertarikan aku soal politik dan pemerintahan. Ketika ada peristiwa politik yang aku lihat di berita, dari mulai soal pemilu, koalisi, sampai mengendalikan opini masyarakat, aku selalu ingat drama ini. Bahkan setelah aku tonton ulang, drama ini tetep memberikan sensasi yang sama dengan saat aku nonton pertama kali pas SMA.

7. [Buku] Nasionalisme dan Berani Mengubah – Pandji Pragiwaksono

Mungkin ini ada efek dari mulai adanya ketertarikan soal dunia politik di masa penghujung masa SMA. Alhasil waktu masuk perkuliahan, semua hal berbau kenegaraan dan politik itu jadi menarik. Gak peduli waktu itu perkuliahanku sebenernya berkaitan sama bisnis dan ekonomi, aku lebih sering baca soal perpolitikan. Saat kuliah adalah saat pertama kali aku merasakan gimana rasanya beli buku pakai uang sendiri, maka selain Nasional.Is.Me, buku Pandji lain yang akhirnya aku beli adalah Berani Mengubah.

8. [Buku] Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk – Tere Liye

Idealisme masa aku sebagai mahasiswa juga ikut dimanjakan oleh dua buku fiksi milik Tere Liye, Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk. Gak peduli setebel apa, aku berhasil ngabisin bukunya cuma dalam dua hari. Seru banget, gambaran soal dunia politik yang lihat di drama Queen Seondok, tampil lebih kekinian dan relatable di sini. Sampai sekrnag, sua buku itu masih jadi buku favorit dari semua buku Tere Liye.

9. [Film] Tanah Surga … Katanya dan Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

Punya akses internet mulai memengaruhi media yang aku konsumsi. Meski buku belum sepenuhnya tergeser, tapi aku mulai menikmati yang namanya nonton film. Tidak jauh-jauh, film yang akhirnya membekas banget sampai sekarang masih tentang menertawakan negeri ini. Tanah Surga… Katanya dan Alangkah Lucunya (Negeri Ini), kalau ada waktu nonton ya, boleh salah satu boleh dua-duanya.

10. [Musik/Buku] Seri Album The Most Beautiful Moment In Life + Wings – BTS (Demian – Herman Hesse)

Kalau yang lain timeline mengenal karyanya hanya di saat tertentu, maka lagu Kpop punya waktu yang panjang. Aku udah dengerin lagu korea dari sejak SMA. Tapi aku baru menemukan satu hal yang menggunggah dan bahkan nemenin aku selama masa krisis identitas karena perubahan menuju dewasa pada album milik BTS: seri The Most Beautiful Moment In Life dan Wings.

Keduanya bukan cuma soal lagu, pesan yang disampein mereka lewat konsep, lirik lagu, hingga musik video, membuat aku ngerasa gak sendirian. Disaat aku kebingungan mau cerita ke siapa, dan emang bingung juga mau nyeritainnya gimana, karena semua masa transisi dari remaja ke dewasa itu ngebingungin, aku kayak dapat nasihat dan temen saat dengerin lagu-lagu di album The Most Beautiful In Life.

Apalagi kemudian saat mereka rilis album Wings, yang konsepnya mereka diambil dari novel milik Hesse berjudul Demian. Aku membaca bukunya dari blog yang menerjemahkan dan untuk beberapa hari aku ngerasain hal yang aneh. Agak mistis. Tapi hilang dengan sendirinya. Aku lupa apa yang terjadi, tapi pandangan aku soal kehidupan sedikit banyak menjadi berubah.

11. [Series] A Tale of Thousand Stars

Bayangin ini. Tahun baru, kamu orang dewasa yang lagi lost banget karena gak bisa buat resolusi apa-apa setelah yakin tahun ini bakal sama aja. Terus aku nonton sebuah trailer series yang akan tayang di akhir bulan Januari, di dalemnya ada seorang cewek jadi guru sukarelawan di desa terpencil, jadi pendonor organ, dan… jatuh cinta diam-diam. Aku kan langsung kepikiran apakah ini adalah aku di dunia paralel?! Hahaha.

Maka kemudian aku semakin penasaran dengan series ini, aku kepoin behind the scene-nya yang menceritakan perjuangan mereka syuting di gunung di tengah pandemi dan kemudian bikin aku mantepin diri buat mengesampingkan kalau series ini adalah series BL (boys love) dan nyoba nonton episode satunya.

Dan ternyataaa… bagus saudara-saudara! Sama sekali gak ngecewain. Kalau ditanya sekarang setelah nonton semua episode, episode satu adalah masterpiece. Opening scene-nya berhasil ngerangkum tiga cerita bersamaan, pondasi ceritanya dibuat dengan baik, dan aku dapet vibe film parasite di sini, haha. Bukan secara teknis sih, tapi lebih soal pesan, soal ketimpangan sosial dsb. Karena masih baru, ingatanku soal membahas series ini bisa panjang, jadi mungkin aku akan buat tulisan terpisah (kalau rajin).

Tapi yang pasti, setelah bertahun-tahun, aku senang karena menemukan kembali suatu karya yang bisa ngasih aku sesuatu. Aku sadar makin dewasa aku gak bisa lagi dijejali hal yang sama dengan sebelumnya. Dan series ini cukup dewasa untuk membuatku menjadi memikirkan banyak hal soal hidup, terutama tentang, apakah selama ini hidupku sudah cukup berguna bagi orang lain?

12. [Film] Soul

Rutinitas, mimpi-mimpi yang kalah, merasa jadi pecundang, capek dengan kerjaan, bahkan capek tanpa alasan, adalah hal yang kemudian tak menjadi negatif di mataku setelah menonton film ini. Melengkapi apa yang aku dapat dari series A Tale of Thousand Stars, film ini ngasih tahu soal bersyukur dan menikmati kehidupan setiap detiknya. Aku gak bakal buat resensi, tapi yang pasti kalau kalian punya waktu luang, coba tonton film ini ya. Kalian gak akan rugi, aku jamin.

Penulis:

Always Wondering Until I Wonder Why I Wondering

Satu tanggapan untuk “Karya Seni (Buku, Musik, Film, Series, Drama) Yang Berhasil Mengubah Perspektif Tentang Hidup

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.