Diposkan pada Abstrak, Sebuah Cerita

[Esensi] Paradoks Diri

Dari dulu, aku gak pernah ngerasa kalau aku bisa masuk dalam salah satu kotak.

Maksudku, aku udah berkali-kali mencoba untuk berbaur dengan berbagai orang dengan identitas sosial mereka. Entah itu para seniman, para ukhti-ukhti hijrah, kumpulan para pengusaha, para PNS dan karyawan sejati, sang idealis yang mengagungkan nilai, atau orang-orang yang menerapkan prinsip bodo amat. Dengan begitu, aku berharap aku bisa menemukan tempat pada salah satu kotak yang mereka tempati.

Tapi semakin banyak mencari, aku semakin bias dan merasa hilang sendiri.

Sewaktu kuliah, aku ikut UKM teater. Aku jadi satu diantara dua orang yang memakai jilbab dan satu-satunya yang merangkap sebagai anggota LDK. Aku bisa dengan masih menggunakan baju latihan olah tubuh, kemudian langsung ikut syuro LDK. Aku juga bisa latihan reading naskah di sekertariat yang campur baur antara perempuan dan laki-laki, lalu kemudian ikut liqo di Mesjid. Aku bahkan bisa ngamen dengan baca puisi keliling Kampung Betawi untuk pendanaan pentas, lalu kemudian bantu jualan kue untuk Danus kegiatan dakwah. Aku adalah orang yang setelah muter lagu K-Pop, langsung ke shuffle dengan lagu Maher Zein. Aku adalah orang yang nonton drama Korea, sekaligus juga video dakwah tentang musik itu haram.

Aku juga orang yang belajar banyak tentang usaha dan kewirausahaan, tapi kemudian tetap mengejar menjadi karyawan karena yakin tak begitu baik menghadapi ketidakpastian. Aku juga sangat mencintai kebebasan dan mencintai kreativitas, tapi pada akhirnya tunduk dengan rutinitas.

Aku merasa selalu bisa meraih dua kutub yang berlawanan, tapi tak mampu untuk tinggal di salah satunya.

Dan hal itu membuatku bingung. Bagaimana seharusnya aku bersikap, dan kemana seharusnya aku mengarahkan diri.

Aku tidak liberal, tapi juga tidak konservatif.

Karena itulah aku merasa sendiri, dan tak punya tempat berarti.

Barangkali aku masih mencari, dan berharap ada orang yang mengerti.

Penulis:

Always Wondering Until I Wonder Why I Wondering

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.