Diposkan pada Sebuah Cerita

Ada Apa Dengan A Tale of Thousand Stars? Sebuah Resensi yang Diselundupi Curhat dan Kontemplasi – 1

Sesuai dengan tulisanku kemarin, dan wow-amazing-aku-sedang-rajin, jadi aku bisa mewujudkan tulisan ini. Sebenernya aku agak maju mundur nulisin ini karena genre series yang akan aku bahas ini masuk ke kategori boys love, tapi setelah ditimbang cukup lama aku akhirnya mutusin buat ngejadiin aja tulisan ini.

Pertama, karena apa yang akan aku bahas lebih bersifat teknis dan aku gregetan gak nemu tulisan/video yang membahas soal ini secara dalem; kedua, aku udah lama gak nulis resensi film/drama padahal udah banyak banget yang aku tonton, jadi aku pikir kenapa gak mulai lagi dari sini; dan ketiga, aku bakal setengah curhat, wkwk.

Pada dasarnya aku emang suka nonton, punya batasan soal genre tertentu yang gak bisa aku tonton macam gore, horor tapi kadang diterabas karena aku lemah sama satu hal; premis yang menarik. Jadi selama premisnya unik atau menjanjikan, aku bakal nyoba nonton walaupun punya efek samping nyesel karena gak sesuai ekspektasi atau bakal ngerasa attachment berlebihan kalau ngelebihin ekspektasi.

Dan A Tale of Thousand Stars ini termasuk yang kedua.

Aku sebenernya gak asing dengan film Thailand. Dari dulu udah seneng sama film garapan GTH hingga berubah jadi GDH. Tapi baru merambah ke series akhir-akhir ini karena aksesnya yang gampang dan legal, yaitu cuma lewat Youtube dan udah ada subtitle-nya. Bahkan bisa premier dan nonton di waktu bersamaan dengan saat series tayang di Thailand—sebuah pengalaman yang belum pernah aku rasain selama ngikutin drama korea.

Saat trailer ATOTS muncul di awal tahun, reaksiku cuma satu; kok bisa ada yang kepikiran masukin semua elemen yang aku banget di satu cerita? Star and astronomy thingy, pedesaan dan kearifan lokal, pendidikan ke pelosok, hutan dan isu lingkungan, dan tentu aja kisah cinta. Apalagi pas aku tahu premis dan lihat video behind the scene-nya yang dirilis duluan, aku nyerah buat nahan-nahan gak nonton. Dengan latar cerita di pegunungan dan selama pandemi pula, effort kru sama aktornya selama syuting tuh luar biasa. Cerita pra-shoot aja udah seru, apalagi dengan hasilnya?

Ini salah satu video behind-nya, yang lain mereka rilis di youtube đŸ™‚

Asli. Ekspektasiku jadi tinggi banget.

Apalagi kemudian, ekspektasi itu terpenuhi di episode pertama. Bahkan mungkin cuma montage di menit-menit awal dengan Voice Over tentang: kematian.

Jujur, walaupun jarang ada yang bahas, sampe sekarang aku suka banget bagian pembuka di episode satu. Gimana mereka nyeritain tiga tokoh yang akan menggerakkan cerita di tiga tempat berbeda namun terjadi di waktu yang sama. Buagusss banget! Delapan menit yang dipakai bener-bener efektif ngasih info ke penonton tentang latar belakang tiga tokoh itu tanpa ngasih spoiler belerbihan tentang cerita selanjutnya.

Pertama, soal Tian, yang segera bakal kita tahu dia adalah penggerak alur cerita karena suara dia yang muncul selama adegan awal. Di delapan menit yang berharga ini, kita dikasih tahu kalau dia lagi main judi bareng temen-temennya. Cukup dengan adegan ini, penonton udah bisa bekesimpulan tentang banyak hal; status ekonomi Tian, karakternya, hingga penyakitnya (walaupun gak detail, tapi kita udah dapet info kalau dia ini punya umur yang gak lama lagi).

Kedua, Phupa. Jadi di malam yang sama tapi di tempat yang jauh beda, ada tokoh kedua yang lagi berpatroli di hutan. Mereka lagi berusaha menangkap seseorang dan terjadi baku tembak di sini. Mungkin gak banyak informasi secara verbal/dialog soal Phupa di sini, tapi kalau baca premis atau sinopsis sebelum nonton, kita udah punya bekal info kalau dia ini seorang polisi hutan.

Ketiga, yang paling menarik, Torfun. Kenapa menarik? Karena latar belakang karakter dia berhasil tersampaikan cuma lewat SATU dialog aja. Jadi di malam yang sama, di jam yang berbarengan, tapi di tempat berbeda, seorang gadis pulang malem dengan menggunakan bus lalu ditelepon sama bibinya yang judes, awalnya ngobrolin pulang jam berapa, tapi kemudian berakhir ngobrolin duit. Singkat, tapi kita jadi tahu kalau mereka ini gak akur karena si bibi ini suka ngebuang-buang uang yang dikirim Torfun buat judi. Semua informasi singkat ini berharga banget karena kemudian tokoh ini meninggal.

Aku melongo. Apalagi pas scene ini muncul.

Lupakan soal penyebab kenapa Torfun tiba-tiba ke tengah jalan yang bagi banyak orang terlihat konyol. Tapi semua yang dia lakukan malem itu adalah informasi penting yang harus penonton ingat sampai akhir series. Entah foto Phupa yang Torfun pandangi sebelum ia terbawa angin ke tengah jalan, atau soal buku diari yang akan menemani kita mengikuti cerita.

Tahu gak apa yang bikin aku suka banget sama adegan ini? Gak cuma soal rangkaian adegannya, tapi juga soal arti di baliknya. Bahwa si jam yang sama, ada Tian yang lagi judi dan ngerelain jam tangan mahal sama mobilnya gitu aja, dan Torfun yang lagi bingung ditagih duit sama bibinya yang ngeluh kalau uang kiriman kurang. Di waktu yang sama ada Tian yang mikir kalau dia akan mati, dan ada Torfun yang mengira kalau dia bakal ketemu hari besok buat bisa ketemu sama Phupa lagi. Di waktu yang sama pula ada yang meninggal, dan ada juga yang dapat kesempatan kedua buat hidup kembali.

Serius. Delapan menit pertama sebelum lagu intro itu masterpiece banget. Aku gak benci siapa-siapa dan memihak siapa-siapa karena emang hidup terkadang emang kayak gitu kan? Apalagi sepanjang episode satu ini, kita bakal disuguhin banyak perbandingan soal hidup, yang gak hanya membuat Tian akhirnya memilih buat pergi ke gunung sebagai guru, tapi juga penonton memikirkan banyak hal soal hidupnya.

Seenggaknya itu yang terjadi sama aku.

Nanti bakal coba aku lanjutin di bagian kedua. Semoga wow-amazing-aku-sedang-rajin belum pergi dulu, hehe.

Oh ya, buat yang suka tulisanku dan pengen ngedukung buat tetep menulis, boleh banget ngasih tip atau langganan lewat karya karsa. Pembayarannya bisa lewat OVO, Gopay, ATM dsb. Link-nya ada di sini. Terima kasih!

Penulis:

Always Wondering Until I Wonder Why I Wondering

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.